Temberungun: Hidangan Bersejarah yang Melekat dalam Budaya Suku Tidung

KULINER: Hidangan khas dari keong laut yang diolah dengan bumbu khas dan disajikan dengan daun kemangi,Makanan bersejarah bagi tradisi masyarakat pesisir Kalimantan Utara. (Dok. Redaksi Parekas.com)
KULINER: Hidangan khas dari keong laut yang diolah dengan bumbu khas dan disajikan dengan daun kemangi,Makanan bersejarah bagi tradisi masyarakat pesisir Kalimantan Utara. (Dok. Redaksi Parekas.com)

CATATAN, PAREKAS – Temberungun (Telescopium telescopium), sejenis keong laut yang hidup di kawasan pesisir, merupakan makanan khas suku Tidung yang telah diwariskan turun-temurun. Hidangan ini memiliki makna budaya yang mendalam, terutama bagi masyarakat yang bermukim di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Memiliki tekstur kenyal dengan warna hitam kehijauan atau kekuningan, temberungun sering dihidangkan dalam berbagai acara penting. Sayangnya, saat ini keberadaannya semakin langka, meskipun masyarakat Tidung di daerah pesisir masih berupaya melestarikannya.

Dalam pengolahannya, temberungun biasanya direbus terlebih dahulu untuk melunakkan dagingnya sebelum dimasak menjadi berbagai hidangan seperti pepes atau tumisan. Pembersihan yang teliti juga diperlukan agar terbebas dari pasir. Selain memiliki cita rasa khas, keong laut ini juga mengandung nutrisi yang cukup tinggi.

Baca Juga:  Bappeda Sumenep Bahas Isu Strategis Blue Economy dan Transportasi Kepulauan yang Lebih Maju

Temberungun telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat suku Tidung sejak zaman nenek moyang. Dahulu, anak-anak nelayan di daerah ini sudah terbiasa menikmati kelezatannya, terutama saat perayaan adat atau acara khusus lainnya.

Ming, salah satu warga setempat, menekankan pentingnya mengenalkan temberungun kepada generasi muda agar kuliner tradisional ini tetap lestari. “Harapannya, makanan khas ini dapat terus dijaga dan diwariskan,” ujarnya.

Baca Juga:  Hidup Sulit, Jangan Bodoh!

Keket, warga lain dari Tanjung Palas, juga menjelaskan bahwa temberungun kerap menjadi menu utama dalam acara seperti pernikahan, akikah, atau selamatan. Menurutnya, wilayah tersebut masih banyak dihuni oleh nelayan yang memahami cara mengambil dan mengolah temberungun dengan baik.

Menjaga Warisan Kuliner di Tengah Tantangan

Meskipun memiliki nilai budaya yang tinggi, temberungun kini semakin sulit ditemukan, dan harganya pun terus meningkat. Namun, Keket berharap kuliner ini tetap dilestarikan, misalnya dengan memasukkannya dalam lomba masak atau acara tradisional di Tanjung Palas dan Tanjung Selor. Dengan cara ini, generasi mendatang masih dapat mengenal dan menikmati hidangan khas suku Tidung ini.

Baca Juga:  Cara Orang Barat Jual Imajinasi: Keunggulan Teknologi dan Kegagalan Metafisika

Keket juga berbagi kisahnya saat mencari temberungun bersama suami dan keluarganya. Menurutnya, dulu keong laut ini sangat melimpah sehingga mudah didapatkan. “Kalau dulu, mencari satu karung temberungun tidak sulit. Sekarang memang lebih menantang, tapi tetap bisa ditemukan dengan usaha lebih,” tutupnya.***