OPINI, PAREKAS – Tradisi buka bersama (bukber) selama bulan Ramadan biasanya menjadi momen bagi umat Muslim untuk berbagi kebersamaan setelah seharian berpuasa.
Namun, investigasi kami menemukan fenomena unik. Seorang pria, sebut saja Rohid, yang rajin menghadiri berbagai undangan bukber, meskipun ia sendiri tidak menjalankan ibadah puasa.
Rohid (35), seorang pekerja lepas di Kota X, menjadi perhatian karena kehadirannya di hampir setiap acara buka puasa bersama, mulai dari bukber teman sekolah, komunitas olahraga, hingga reuni keluarga besar.
Namun, beberapa orang yang memperhatikannya mulai bertanya-tanya: apakah Rohid benar-benar berpuasa?
Seorang teman dekatnya, yang meminta identitasnya dirahasiakan, memberikan kesaksian.
“Saya mulai curiga karena setiap kali waktu maghrib tiba, dia makan dengan sangat lahap, bahkan lebih cepat dari yang lain. Padahal, biasanya orang yang berpuasa lebih menikmati momen berbuka dengan perlahan,” kata saksi teman.
Investigasi lebih lanjut menunjukkan bahwa Rohid tidak hanya menghadiri satu atau dua acara bukber, tetapi hampir setiap hari di lokasi yang berbeda.
Dalam satu minggu pertama Ramadan saja, ia terlihat di lima acara bukber yang berbeda, berdasarkan unggahan media sosial teman-temannya.
Ketika dikonfirmasi langsung, Rohid tidak menampik bahwa dirinya tidak berpuasa.
“Saya memang tidak puasa karena alasan pribadi, tapi saya tetap ikut bukber karena undangan dari teman-teman. Kan ini ajang silaturahmi,” ujarnya santai.
Ketika ditanya apakah ia merasa bersalah telah menikmati hidangan tanpa berpuasa, Rohid menjawab dengan tenang dan elegan.
“Saya datang bukan hanya untuk makan, tapi juga untuk kumpul-kumpul. Kalau diundang, ya saya datang. Toh, tidak ada aturan yang melarang orang yang tidak puasa untuk ikut bukber, kan?,” ucapnya penuh makna.
Pendapat tentang kebiasaan Rohid ini pun beragam. Beberapa teman dan keluarganya menganggap hal ini wajar, karena esensi bukber bukan hanya tentang makan, tetapi juga tentang kebersamaan. Namun, ada pula yang mengkritik kebiasaannya.
“Bukber itu harusnya jadi momen bagi orang yang benar-benar berpuasa. Kalau dia datang hanya untuk makan tanpa niat ibadah, rasanya kurang etis,” ujar seorang kenalan Rohid yang enggan disebutkan namanya.
Di media sosial, fenomena serupa ternyata juga banyak dibahas. Beberapa netizen menyebut istilah ‘penumpang gelap bukber’ untuk orang-orang yang tidak berpuasa tetapi rajin menghadiri acara berbuka.
Kasus Rohid mengangkat perdebatan tentang batasan etika dalam menghadiri buka bersama. Di satu sisi, tidak ada aturan yang melarang seseorang untuk hadir meskipun tidak berpuasa.
Namun, di sisi lain, ada norma sosial yang menilai bahwa bukber seharusnya menjadi bagian dari rangkaian ibadah Ramadan.
Bagaimana menurut Anda?
Apakah Rohid sekadar menikmati kebersamaan.
Ataukah ia memanfaatkan kesempatan untuk makan gratis tanpa menjalankan ibadahnya?***
• Penulis adalah Redaktur Pelaksana parekas.com, Amin.