Pasar Takjil Ramadan di Sumenep, Tradisi Tahunan yang Menggeliat

JUALAN. Potret salah satu pedagang di pasar takjil dadakan Sumenep, Sabtu (1/3/2025). (doc.RRI/Achmad Waris/parekas.com)
JUALAN. Potret salah satu pedagang di pasar takjil dadakan Sumenep, Sabtu (1/3/2025). (doc.RRI/Achmad Waris/parekas.com)

KELILING, PAREKAS – Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, kembali diramaikan dengan keberadaan Pasar Takjil Dadakan yang tersebar di berbagai sudut kota pada Sabtu (1/3/2025). Setiap memasuki awal Ramadan, tradisi berburu takjil menjadi pemandangan khas yang dinantikan masyarakat.

Sejumlah pedagang makanan dan minuman mulai bermunculan, menawarkan beragam hidangan khas berbuka puasa yang menggoda selera.

Salah satu kuliner yang paling diminati adalah aneka bubur, seperti bubur ketan hitam, santan kerupuk urat, dan bubur kacang hijau.

Selain itu, kue basah maupun kering juga tersedia dalam berbagai pilihan, tak ketinggalan lauk-pauk serta sayur yang mudah ditemukan. Sementara itu, beragam jenis es segar menjadi favorit untuk melepas dahaga setelah seharian berpuasa.

Baca Juga:  Misteri Bâto Ghung: Batu Bergema di Sumenep yang Menelan Maling dan Menghentikan Alat Berat

Salah satu titik yang paling ramai dikunjungi berada di sepanjang jalan dari lampu merah dekat MAN Sumenep hingga perempatan Jalan Kartini. Di lokasi ini, banyak pedagang yang menjajakan dagangannya sejak sore hari.

Erlin (31), salah satu pedagang yang telah berjualan di kawasan tersebut selama empat tahun, mengungkapkan rasa syukurnya karena setiap Ramadan selalu membawa keuntungan besar.

“Alhamdulillah, penjualan cukup bagus. Meski harga takjil yang kami jual cukup terjangkau, mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 25.000, keuntungan yang didapat cukup lumayan,” ungkapnya kepada wartawan RRI dilansir Parekas, Minggu (2/3).

Baca Juga:  Disdik Sumenep Dukung Pembuatan Buku Keris untuk SD

Menurutnya, masyarakat sangat antusias berburu takjil. Bahkan, sejak pukul 15.00 WIB, lokasi tersebut sudah dipadati pembeli yang datang bersama keluarga maupun teman.

“Tahun ini lebih ramai dibanding Ramadan sebelumnya. Biasanya mereka datang berkelompok untuk memilih takjil favorit,” tambahnya.

Lebih dari sekadar transaksi jual beli, pasar takjil ini juga memiliki nilai sosial dan ekonomi yang besar.

Baca Juga:  THR Lebaran! Tradisi yang Ditunggu Setiap Tahun

Bagi ibu rumah tangga seperti Erlin, kesempatan ini tidak hanya membantu meningkatkan penghasilan keluarga, tetapi juga menjadi bagian dari tradisi ngabuburit atau ‘Nyare Malem’ yang masih dilestarikan masyarakat setempat.

“Pasar takjil ini sangat bermanfaat, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga seperti saya. Selain menambah pemasukan, kita juga bisa tetap menjaga budaya berburu takjil menjelang berbuka,” tuturnya.

Dengan meningkatnya antusiasme masyarakat, keberadaan pasar takjil musiman ini menjadi bukti bahwa Ramadan tidak hanya tentang ibadah, tetapi juga ajang mempererat kebersamaan serta menggerakkan roda perekonomian lokal.***