CATATAN, PAREKAS – Kisah Perjalanan ke Barat dari Tiongkok sudah lama dikenal sebagai salah satu karya sastra klasik paling berpengaruh di Asia.
Lebih dari sekadar petualangan spiritual menuju Tanah Suci, cerita ini menyimpan banyak simbol dan pelajaran hidup.
Di balik nama besar Sun Wukong yang sering disorot sebagai Kera Sakti, terdapat dua tokoh penting lain yang kerap terabaikan: Zhu Bajie dan Sha Wujing. Ketiga tokoh ini sejatinya merupakan perwujudan dari sisi-sisi penting dalam diri manusia: pikiran, tubuh, dan jiwa.
Sun Wukong, sang Kera Sakti, adalah sosok yang luar biasa kuat, cerdas, dan pemberani. Ia mewakili pikiran manusia yang tajam dan penuh potensi. Namun, seperti halnya pikiran yang belum terlatih, Wukong juga liar dan egois.
Ia pernah memberontak terhadap Surga, menantang tatanan ilahi, dan merasa dirinya pantas disejajarkan dengan para dewa.
Arogansi inilah yang kemudian membuatnya harus “dijinakkan” melalui lingkaran emas di kepalanya—sebuah simbol dari pengendalian diri dan disiplin batin.
Wukong mengajarkan bahwa kecerdasan bukanlah segalanya. Tanpa kendali, pikiran bisa menjadi sumber kekacauan. Tapi jika dibimbing, ia bisa menjadi cahaya yang menerangi jalan menuju kebijaksanaan.
Sementara itu, Zhu Bajie menghadirkan kontras yang menarik. Ia bukan pahlawan gagah atau bijak.
Sebaliknya, ia pemalas, rakus, genit, dan sering kali mengeluh sepanjang perjalanan. Namun ia adalah representasi yang jujur dari sisi manusiawi kita—bagian dari diri yang sering tergoda oleh kenikmatan duniawi dan sulit menahan hawa nafsu.
Ia memang tidak sempurna, tetapi terus bertahan dalam perjalanan spiritual, meski berkali-kali tergoda untuk berhenti. Di sinilah nilai Zhu Bajie terletak. Ia mengingatkan kita bahwa tidak semua orang yang berjalan di jalan kebaikan adalah orang yang sempurna. Bahkan mereka yang dipenuhi kelemahan pun tetap bisa menjadi bagian dari perubahan besar, selama mereka memiliki kemauan untuk terus mencoba.
Lalu ada Sha Wujing, tokoh yang sering terlupakan karena sifatnya yang pendiam dan tenang. Ia tidak menonjol, tidak pernah mencari perhatian, dan jarang terlihat sebagai penyelamat utama dalam momen-momen genting.
Tapi justru di situlah kekuatannya. Sha Wujing adalah simbol dari ketekunan, ketabahan, dan keseimbangan emosional. Ia tidak banyak bicara, tetapi selalu hadir saat dibutuhkan.
Ia tidak bersinar seperti Wukong atau memancing tawa seperti Bajie, tapi ia adalah fondasi yang menopang perjalanan itu tetap utuh. Karakter Sha Wujing mengajarkan bahwa tidak semua kekuatan harus terlihat. Ada kekuatan besar dalam kesabaran dan keteguhan hati yang tenang.
Ketiga tokoh ini membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sun Wukong dengan pikirannya yang tajam, Zhu Bajie dengan tubuhnya yang lemah terhadap godaan, dan Sha Wujing dengan jiwanya yang stabil.
Mereka melambangkan perjalanan batin manusia yang kompleks. Dalam hidup, kita semua memiliki sisi yang cerdas namun kadang arogan, sisi yang malas namun penuh harapan, dan sisi yang sabar meski tidak banyak dipuji.
Perjalanan ke Barat tidak hanya berbicara tentang mencari kitab suci, tapi juga tentang bagaimana manusia mengenali dirinya sendiri.
Tentang bagaimana kita bisa berdamai dengan pikiran, mengendalikan nafsu, dan menjaga keseimbangan hati. Karena perjalanan yang sesungguhnya bukanlah melangkah ke tempat jauh, tetapi menyusuri jalan ke dalam diri sendiri.***