CATATAN, PAREKAS – Dalam perhitungan primbon Jawa dan Madura, peristiwa besar seperti Lebaran yang jatuh pada Senin Pahing (31 Maret 2025) sering dikaitkan dengan pertanda alam tertentu.
Senin dalam weton memiliki sifat “manis”, sedangkan Pahing mengandung energi besar yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Sementara itu, dari sudut pandang ilmu astronomi, fase bulan, posisi planet, dan gejala atmosfer pasca-Lebaran dapat memberikan gambaran ilmiah terhadap kemungkinan perubahan iklim dan lingkungan.
Primbon Jawa dan Madura: Tanda Alam Pasca Lebaran Senin Pahing
Berdasarkan kitab Primbon Jawa dan Madura, Senin Pahing dianggap memiliki potensi gejala alam yang signifikan. Beberapa ramalan tradisional yang sering dikaitkan dengan kombinasi hari ini meliputi:
- Angin Kencang dan Perubahan Cuaca – Senin Pahing dikaitkan dengan perpindahan musim, yang bisa menyebabkan angin kencang atau cuaca ekstrem.
- Potensi Bencana Geologis – Kombinasi Senin dan Pahing dalam tradisi Jawa disebut memiliki energi kuat yang bisa memicu gempa atau pergerakan tanah.
- Musim Kemarau Basah – Dalam siklus pranata mangsa, jika awal kemarau diawali Senin Pahing, kemungkinan besar hujan masih turun di bulan-bulan berikutnya.
- Peningkatan Aktivitas Sosial dan Politik – Dalam keyakinan primbon, hari besar yang jatuh di Senin Pahing sering dikaitkan dengan munculnya konflik politik atau perubahan sosial besar.
Prediksi Astronomi Pasca Lebaran 2025

Keterangan: Ilustrasi ini menggambarkan seorang petani di pedesaan Jawa setelah Lebaran, dengan langit cerah yang mencerminkan transisi musim dan dampak cuaca terhadap pertanian. (Istimewa/Doc. Parekas.com)
Dari sudut pandang astronomi, beberapa faktor berikut dapat menjadi bahan kajian terkait gejala alam setelah Lebaran:
1. Fase Bulan dan Pasang Surut Air Laut
Lebaran yang jatuh pada 31 Maret 2025 bertepatan dengan fase bulan baru (new moon), yang berarti pengaruh gravitasi bulan terhadap pasang laut lebih kuat.
Tanggal | Fase Bulan | Potensi Pasang Surut |
---|---|---|
31 Maret 2025 | Bulan Baru | Pasang maksimum |
1-3 April 2025 | Bulan Muda | Pasang tinggi |
4-10 April 2025 | Kuartal Pertama | Stabil |
Dampak utama dari pasang maksimum ini adalah meningkatnya potensi banjir rob di pesisir utara Jawa dan Madura.
2. Aktivitas Matahari dan Medan Magnet Bumi
Tahun 2025 diprediksi berada dalam siklus aktivitas matahari yang cukup tinggi, yang bisa memicu badai geomagnetik dan memengaruhi sistem komunikasi serta cuaca global.
Bulan | Perkiraan Aktivitas Matahari |
---|---|
Maret 2025 | Sedang – Tinggi |
April 2025 | Tinggi |
Mei 2025 | Tinggi |
Konsekuensi dari peningkatan aktivitas matahari ini bisa meliputi gangguan GPS, perubahan pola angin, serta peningkatan suhu secara lokal.
3. Pola Iklim dan Curah Hujan
Maret hingga April berada dalam masa transisi musim hujan ke kemarau di Indonesia. Dengan jatuhnya Lebaran di akhir Maret, ada kemungkinan peningkatan kejadian hujan lebat dan badai lokal akibat interaksi massa udara panas dan dingin.
Bulan | Curah Hujan Rata-rata (mm) | Potensi Cuaca Ekstrem |
---|---|---|
Maret 2025 | 200 – 300 | Hujan petir, banjir lokal |
April 2025 | 150 – 250 | Angin kencang, hujan lebat |
Mei 2025 | 100 – 200 | Awal kemarau, transisi |
Lebaran yang jatuh pada Senin Pahing (31 Maret 2025) dalam perhitungan primbon Jawa dan Madura dikaitkan dengan berbagai fenomena alam, mulai dari angin kencang hingga potensi perubahan sosial.
Dari perspektif astronomi, faktor-faktor seperti fase bulan, aktivitas matahari, dan pola cuaca juga menunjukkan bahwa pasca-Lebaran kemungkinan besar akan terjadi peristiwa-peristiwa alam yang cukup signifikan.
Meskipun primbon merupakan bagian dari kepercayaan budaya yang bersifat subjektif, kajian ilmiah menunjukkan bahwa memang ada korelasi antara peristiwa kalender dengan fenomena alam.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap kedua pendekatan ini dapat memberikan wawasan yang lebih komprehensif mengenai perubahan lingkungan yang mungkin terjadi pasca-Lebaran 2025.***