Perayaan Festival Ketupat 2025 Jadi Magnet Kolaborasi Budaya dan Wisata Lokal di Sumenep

RAMAI: Suasana perayaan festival ketupat 2025 yang diselenggarakan oleh pemkab Sumenep di pantai slopeng, Dasuk. (Dok. Redaksi Parekas)
RAMAI: Suasana perayaan festival ketupat 2025 yang diselenggarakan oleh pemkab Sumenep di pantai slopeng, Dasuk. (Dok. Redaksi Parekas)

 

SUMENEP, PAREKAS — Dari sebuah tradisi yang dulu hanya dirayakan di lingkungan keluarga dan tetangga, Tellasan Topak kini menjelma menjadi panggung besar perayaan budaya yang memukau ribuan mata

. Festival Ketupat 2025 yang digelar di Pantai Slopeng, Kecamatan Dasuk, menjadi bukti bagaimana tradisi lokal bisa diangkat menjadi kekuatan promosi wisata dan penggerak ekonomi masyarakat.

Di tengah hiruk pikuk arak-arakan gunungan ketupat, ratusan warga tumpah ruah memadati area pantai. Prosesi Topak Lober bukan hanya menjadi suguhan visual menarik, tetapi juga menyimpan filosofi kebersamaan yang kental. Ketupat, yang biasanya hadir sebagai makanan pelengkap Lebaran, dalam konteks ini naik pangkat menjadi simbol ikatan sosial antarwarga.

Baca Juga:  Siap Tampil di International Contemporary Keris Fest 2025, Helmi Art Museum Sumenep Bawa Koleksi Istimewa

“Tellasan topak bukan hanya soal kuliner. Ini tentang duduk bersama, mempererat hubungan keluarga dan tetangga,” ujar Bupati Sumenep Achmad Fauzi saat membuka acara, Senin (7/4/2025).

Festival ini tidak berdiri sendiri sebagai seremoni hiburan semata. Pemkab Sumenep memanfaatkannya sebagai strategi ganda: merawat warisan budaya sambil menghidupkan sektor pariwisata. Dengan menyebar perayaan ke berbagai destinasi wisata unggulan, pemerintah ingin memastikan tradisi tetap hidup dalam denyut zaman yang terus berubah.

Baca Juga:  Hayao Mizaki Sebut Hasil Animasi Ghibli Versi AI Adalah Penghinaan

“Dengan banyaknya tempat wisata yang kita miliki, perayaan ini kita sebar ke berbagai lokasi. Tujuannya agar tradisi ini terus hidup, tidak hilang ditelan zaman,” imbuh Bupati Fauzi.

Namun, sisi menarik dari festival ini tidak hanya berhenti pada panggung utama. Ada dimensi sosial yang turut diperhatikan. Anak-anak yatim menerima santunan, dan pelaku UMKM diberi ruang untuk memamerkan produk unggulan mereka. Di sela keramaian, stan-stan lokal ramai disambangi pengunjung, menawarkan beragam olahan makanan, kerajinan tangan, hingga produk khas Sumenep yang jarang ditemukan di luar momen seperti ini.

Baca Juga:  KPU Sumenep Raih Partisipasi Pemilih Tertinggi se-Jawa Timur

Festival Ketupat 2025 tak hanya menjadi bukti bahwa budaya bisa dirayakan dengan gegap gempita, tetapi juga bahwa budaya bisa menjadi jalan untuk memperkuat ekonomi rakyat. Dengan kehadiran lebih dari 1.500 undangan dari berbagai elemen masyarakat — mulai dari pejabat pemerintah, DPRD, Forkopimda, hingga komunitas lokal — atmosfer kebersamaan terasa begitu kuat.

Di tengah gelombang modernisasi, Sumenep memilih untuk tidak melupakan akar. Ketupat bukan sekadar makanan, tapi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Sebuah tradisi yang kini menjadi inspirasi.***