KELILING, PAREKAS – Setiap kali lebaran tiba, rumahku selalu dipenuhi berbagai macam kue dan hidangan khas hari raya. Namun, anehnya, aku hampir tidak pernah tahu dengan pasti apa saja kue yang tersedia di meja ruang tamu.
Kaleng-kaleng kue berjejer rapi, beberapa tertutup rapat, beberapa sudah terbuka, memperlihatkan aneka kudapan yang menggoda. Ada kastengel, nastar, putri salju, dan mungkin juga beberapa kue modern yang dibeli istriku menjelang Idulfitri.
Tapi bagiku, kue-kue di rumah seolah hanya bagian dari dekorasi lebaran, sesuatu yang indah dipandang namun jarang kusentuh.
Aku lebih menikmati sensasi mencicipi kue saat bersilaturahmi ke rumah sanak famili dan tetangga. Ada kesenangan tersendiri dalam membuka toples-toples di rumah orang lain, mencoba satu per satu kue yang tersaji, dan merasakan kehangatan dari tiap rumah yang aku singgahi.
Terkadang, aku menemukan kue-kue yang unik, sesuatu yang tidak ada di rumahku, membuat lidahku bertanya-tanya akan rasa yang baru.
Ada kue sagu keju yang lumer di mulut, bolu lapis legit dengan aroma khas rempah, atau bahkan kue tradisional seperti kue semprit dan kue bawang yang mengingatkanku pada masa kecil.
Silaturahmi di hari raya bukan hanya tentang bermaaf-maafan, tetapi juga tentang berbagi cerita dan kenangan. Sambil menikmati kue, aku mendengarkan kisah dari sanak saudara yang jarang bertemu.
Ada paman yang berbicara tentang perjalanan bisnisnya, sepupu yang antusias bercerita tentang kuliahnya, atau nenek yang dengan sabar mengenang masa mudanya.
Dalam momen-momen seperti itu, kue yang kusantap seolah menjadi jembatan yang menghubungkan kami menjadikan suasana lebih akrab dan hangat.
Mungkin itulah sebabnya aku tidak terlalu peduli dengan kue yang ada di rumah sendiri. Aku tahu bahwa kapan saja aku bisa mengambilnya jika mau.
Tidak ada kejutan, tidak ada pengalaman baru. Sebaliknya, mencicipi kue di rumah orang lain selalu memberi sensasi berbeda, semacam petualangan kecil yang menyenangkan di tengah suasana silaturahmi.
Lebaran bagi sebagian orang mungkin tentang kemewahan hidangan dan limpahan makanan, tetapi bagiku, ia lebih dari sekadar itu.
Lebaran adalah tentang kebersamaan, tentang momen-momen kecil yang berharga, dan tentang kehangatan yang terasa dalam setiap gigitan kue yang dinikmati bersama orang-orang tersayang.
Dan itulah mengapa, meskipun rumahku penuh dengan kue, aku tetap lebih suka mencicipi kue saat berkunjung ke rumah sanak famili dan tetangga.***