Ruang Tunggu Pasien dan Jalur Lintas Emosi

KORIDOR: Potret kursi besi khas ruangan tunggu di koridor rumah sakit, puskesmas atau layanan kesehatan lain (Dok. Redaksi Parekas)
KORIDOR: Potret kursi besi khas ruangan tunggu di koridor rumah sakit, puskesmas atau layanan kesehatan lain (Dok. Redaksi Parekas)

CATATAN, PAREKAS- Ruang tunggu pasien bukan sekadar tempat menunggu giliran pemeriksaan atau hasil medis. Di sana, berbagai emosi bercampur aduk—kecemasan, harapan, kebahagiaan, bahkan kesedihan. Setiap orang yang duduk di bangku antrean memiliki cerita masing-masing.

Ada yang gelisah menanti hasil diagnosa, ada yang berdebar menunggu kabar kesembuhan orang terkasih, dan ada pula yang sudah lebih dulu menerima kenyataan pahit.

Baca Juga:  Monolog Teater Rakyat: “Empat Roda dan Kepala yang Ngebul”

Suasana di ruang tunggu sering kali penuh ketegangan. Bunyi langkah perawat yang hilir mudik, panggilan nama pasien dari pengeras suara, serta bisikan percakapan keluarga menjadi latar yang akrab.

Waktu terasa berjalan lambat bagi mereka yang dihantui kecemasan. Namun, bagi yang mendapat kabar baik, ruang tunggu bisa berubah menjadi tempat yang penuh rasa syukur dan kelegaan.

Baca Juga:  Siap Jadi Wisata Andalan Sumenep, Kepala Desa Badur Dorong Karang Taruna dan Pokdarwis Majukan Wisata Pantai

Di balik dinamika emosional ini, ruang tunggu juga menjadi tempat refleksi. Beberapa orang menunduk dalam doa, berharap akan keajaiban.
Ada juga yang sekadar saling bertukar senyum untuk memberi kekuatan. Ruang tunggu pasien, lebih dari sekadar tempat transit, adalah potret kecil kehidupan—di mana harapan dan ketakutan berjalan beriringan. ***