Sastra  

Kenduri dan Hidangan Khas di Acara Hajatan

KHAS: Hidangan kenduri tersusun rapi dalam rak bertingkat, siap dibagikan kepada para tamu sebagai bagian dari tradisi syukuran dan kebersamaan.(doc. redaksi)
KHAS: Hidangan kenduri tersusun rapi dalam rak bertingkat, siap dibagikan kepada para tamu sebagai bagian dari tradisi syukuran dan kebersamaan.(doc. redaksi)

SASTRA BUDAYA, PAREKAS – Salah satu poin yang tidak luput dari perhatian adalah hidangan khas saat kenduri terutama pada acara hajatan.

Tampak susunan piring yang disajikan , Piring-piring ini disusun rapi dalam rak besi bertingkat, yang biasa digunakan untuk menata hidangan sebelum dibagikan kepada tamu.

Setiap piring berisi beragam makanan khas yang sering muncul dalam acara kenduri, seperti Sate – Potongan daging yang ditusuk dan dibumbui, Telur Dadar atau Ceplok, perkedel dan irisan Timun beserta Sambal Sebagai pelengkap untuk menambah cita rasa segar dan pedas.

Baca Juga:  Dahsyatnya Peristiwa Kematian: Antara Ketakutan dan Kebijaksanaan

Kenduri adalah bentuk syukuran atau doa bersama yang dilakukan dalam berbagai momen penting, seperti pernikahan, khitanan, atau tasyakuran lainnya.

Makanan yang disajikan dalam acara ini bukan sekadar hidangan biasa, tetapi juga memiliki makna sosial dan spiritual, yaitu sebagai bentuk berbagi berkah kepada para tamu yang hadir.

Penyajian makanan dalam rak bertingkat seperti ini juga memiliki tujuan praktis, yaitu untuk memudahkan distribusi makanan kepada tamu dengan lebih rapi dan efisien.

Baca Juga:  Petugas Kesehatan di Sumenep Didorong Lebih Aktif dalam Pencegahan DBD

Tradisi ini tetap lestari hingga kini, menunjukkan kuatnya nilai kebersamaan dalam budaya Indonesia.

Selain sebagai bentuk syukuran, kenduri juga berperan dalam mempererat hubungan sosial antarwarga. Dalam tradisi ini, gotong royong menjadi nilai utama, di mana tetangga dan kerabat turut membantu dalam persiapan acara, mulai dari memasak hingga menyajikan makanan.

Meski zaman terus berkembang, tradisi kenduri masih tetap bertahan, terutama di daerah pedesaan dan komunitas yang masih menjunjung tinggi nilai budaya. Bahkan, di beberapa kota besar, tradisi ini tetap dipertahankan dalam bentuk yang lebih modern, seperti menggunakan catering, namun tetap dengan konsep berbagi makanan kepada para tamu.

Baca Juga:  Monolog Teater Rakyat: “Empat Roda dan Kepala yang Ngebul”

Tradisi kenduri bukan hanya soal makanan, tetapi juga tentang nilai kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, menjaga tradisi ini adalah salah satu cara untuk melestarikan budaya dan mempererat tali silaturahmi dalam masyarakat.***